SAYANG SUDAH DITRANSFER BELUM (BAG 2 )

Bang markus dan parjo segera bergegas menuju kamar diana,Di lihatnya di kamar diana tidak ada benda yg jatuh. Di arahkan langkah kaki mereka menuju kamar yang kosong persis di samping kamar diana.di dalam kamar kosong di dapati sebagian plafon kamar jatuh,memang di antara 10 kamar kos,hanya kamar ini yg di biarkan kosong,soalnya melihat kondisi plafonnya,kamar ini sudah tidak layak huni. akibat bocor kalau hujan,karena seringnya plafon ketetesan air hujan lama2 jatuh.Bang markus bergegas membersihkan patahan patahan gypsum yg berserakan di dalam kamar di bantu parjo

"nah jo,ini nanti hari minggu depan saya sepertinya ada pr buat kamu" iya bang. parjo menjawab

"tolong kamu bawa tukang kamu kemari untuk mengecek bocorannya sekalian di pasang lagi plafonnya"nanti ongkos tukangnya saya yang bayar." siap bang. 

setelah selesai membereskan kamar, mereka berdua kembali ke ruang tamu lagi,melanjutkan obrolan. 

waktu saya naik kelas 2 smp bapak saya meninggal,karena sakit.saya sangat sedih,saya sangat terpukul bang,hari2 saya seperti sudah ga ada gairah,bapak saya yg paling mengerti dengan saya,saya anak yg paling di sayang,karena saya selalu nurut ke orang tua.Adik saya cewek yang bungsu masih kecil,baru berumur 2 tahun,Ia belum sempat mengerti dan merasakan kasih sayang bapak.Makanya saya sangat sayang padanya,Saya yg paling deket hubungnanya dengan adik saya,saya yg selalu ngemong dia kalau di tinggal emak ke sawah.Dari ke 5 saudara saya hanya saya dan adik saya yg sempat mengeyam bangku sekolah sampai smp,Yang lainnya hanya sampai sd.

"saat kelas 2 smp Ada kepikiran saya mau berhenti sekolah,Tapi emak melarang,Karena wasiat dari bapak" sekolahe terusno mengko rak ono bejone dewe"(sekolahnya teruskan nanti ada keberuntungannya sendiri).Dari situlah saya benar2 mengerti bahwa bapak sangat sayang dan mencintai saya." Tak terasa air mata parjo mengalir membasahi kelopak matanya,Ia seperti merasakan kehadiran ayahnya duduk di sampingnya ikut menemani obrolan mereka sore itu.Di sapunya sisa aliran airmata itu dengan kaosnya.

"akhirnya saya tetap melanjutkan sekolah,walau sebenarnya saya tau betapa susahnya emak membanting tulang untuk membiayainya,Waktu itu yg bantu biaya sekolah saya adalah kakak saya yg nomer 3,kebetulan ia masih bujang dan sudah merantau di jakarta. sedangkan 2 kakak saya sdh menikah punya keluarga sendiri.Pernah saya nunggak spp selama 3 bulan belum bayar,karena kiriman uang dari kakak yg di jakarta mandek, terpaksa emak jual sepeda yg biasa saya pakai buat berangkat ke sekolah tiap hari,Sekolah smp saya jauh ada di kecamatan,Jaraknya kalau dari rumah sekitar 7km.

pagi setelah sarapan dengan bekal uang saku 100 perak saya harus berjalan kaki untuk menuju sekolah,waktu itu belum ada angkot.Tapi saya menjalaninya dengan sabar dan iklhas,Saya menganggapnya ini sebuah gemblengan.jadi selama 2 tahun itu saya pagi sekolah,pulang sekolah momong adik,habis magrib ngaji sampai isa di mushola,habis isa baru belajar pelajaran sekolah.

tak terasa 2 tahun dengan jatuh bangun saya akhirnya lulus juga,emak sepertinya sudah tidak sanggup lagi untuk mimbiayai melanjutkan sekolah ke SMA..jadi saya tau diri, semenjak itu kegiatan saya fokus membantu emak.gantian adik saya mulai masuk sd,umur saya waktu itu kalau ndak salah 16 th,Dari sinilah saya sudah mulai bener2 meninggalkan dunia pendidikan dari sekolah,Saya beralih ke dunia orang dewasa,bekerja dan menyerap semua ilmu ilmu pertanian dan peternakan tradisional walaupun hanya membantu emak. jadi tidak pernah merasakan memegang uang taunya hanya kerja dan kerja.Tapi saya tidak pernah menyalahkan emak,karena saya tau kondosinya. 

2 tahun menjalani kegiatan seperti itu saya merasa jenuh,Seperti ada yang membisikkan "parjo ini bukan dunia kamu,masih banyak hal2 lain di luar sana yang harus kamu pelajari.Mulai dari situlah saya minta izin emak untuk merantau,pagi hari saya pamit ke emak,adik dan saudara2ku,minta doa restunya.Daerah yang akan saya tuju adalah jepara,karena di sana ada teman sekampung saya yg sudah merantau duluan sudah hampir 1 tahun disana.Terimakasih ilmu pertanian,terimakasih ilmu peternakan sudah mengajari aku,sekarang saatnya aku pergi untuk belajar ilmu yang lainnya.Terimakasih mushola dan guru ngajiku,yang telah mengajari aku tentang agama,aku akan selalu mengingatmu.Selamat jalan kampung halamanku aku akan selalu merindukanmu.Begitulah kira2 ungkapan hati saya untuk perpisahan waktu itu. 

Sampai jepara saya langsung mengarah menuju tempat teman saya sesuai petunjuk alamat yg pernah di kasih dia.Dalam perjalanan naik angkot dari terminal menuju rumah tersebut,Saya terkagum kagum dengan daerah jepara,tiap rumah entah di depannya atau sampingnya pasti ada hasil karya yg begitu menakjubkan,Banyak ukiran2 kayu jati,berbagai model bentuk meja,kursi,lemari dan hiasan lainnya yg terbuat dari kayu jati,banyak saya jumpai di setiap rumah.Saya seperti menemukan dunia baru.sore hari sekitar pukul 4 saya sudah sampai rumah tujuan. 

pagi hari setelah bangun,saya bersiap untuk memulai pelajaran baru di kota jepara.Saya mengambil jurusan pertukangan(kerajinan),Syukurlah temen saya kang Tamam  sangat sabar dan tulus mengajari saya,Dari hal2 kecil yang belum pernah saya dapatkan di dunia pertukangan.Awalnya saya di suruh ngasah alat2 perangnya..mulai dari mengasah mata serut dan mata pahat agar tajam melebihi tajamnya silet.Saya bertanya,"Kang Tamam,kenapa ngasah alatnya harus tajam sekali kang"? "udah jo,asah terus sampai tajam,nanti kamu juga tau kenapa harus tajam." jawab kang Tamam sambil memperbaiki gergaji kayu.

Sudah ada hampir 1/2 jam saya mengasah alat2 itu,"Kang ini alatnya sudah saya asah semua" kang Tamam lalu menghampiriku mengambil mata serut,Diambilnya kemudian di arahkan telunjuk jarinya di ujung mata serut tersebut,Telunjuk jarinya di gerak gerakkan di ujung mata serut itu dengan gerakan meraba,sambil seperti merasakan sesuatu.Mungkin itu cara kang Tamam untuk mengetahui kalau alat itu sudah tajam atau masih tumpul.Kemudian di pasangnya mata serut itu ketempat wadahnya sesuai fungsinya. 

Ok jo, sekarang ini tempat belajar kamu,itu di atas kursi panjang sudah ada kayu bakalan kaki kursi yang masih mentah,Sekarang kamu serut kayu tersebut sampai halus,nyerutnya jangan sampai melewati garis yg sudah aku buat di sekeliling kayu itu.kamu ngertikan jo."Iyo kang saya mengerti".Saya melangkah menuju kursi yang sudah di siapakan berada persis  dua langkah di sebelah kanan kursi kerjanya kang tamam,Kursi kerjanya panjang,kaki kursi belakang lebih tinggi dari pada yg depan.Saya mulai naik keatas kursi dengan posisi persis orang naik motor tangan saya memegang serut siap untuk di arahkan ke bakalan kaki kursi di depanku.Aku ayunkan serut tersebut persis mengikuti gerakan kang tamam,tapi tidak ada sesuatu yang keluar dari serutku,aku berhenti sejenak sambil memperhatikan kang tamam,aku melihat kang tamam begitu lihai,Setiap serutnya di dorong aku melihat serpihan kulit kayu yang halus melompat keluar seperti di dorong dari serutnya tersebut. 

Saya mencobanya kembali tapi hasilnya sama tidak ada apa apa."Kang iki piye carane" (kang ini bagaimana caranya)."parjo kamu tekan yang kuat pangkal serutnya kemudian kamu dorong ke depan dengan perasaan" Aku mengikuti arahan kang tamam,sekarang mulai ada hasil ada perasaan senang dalam hatiku,Kuulangi terus gerakan itu dan pelan2 kedua tanganku mulai seperti beradaptasi menyatukan antara irama gerakan dan perasaan.dalam batinku ternyata pekerjaan ini memerlukan perasaan juga.

“parjo,sekarang coba ganti serut kamu dengan serut yg itu,serut itu bekas serut kemarin yg aku pakai dan hari ini sengaja tidak aku asah”.Kang tamam menunjukkan serut yg ada di bawah kursinya.Saya ambil serut tersebut menggantikan serut yang baru saya pakai.”Serut ini kok susah ya kang,berat perlu tenaga lebih dan hasil kayu yang di serut tidak rapi”. “ok jo sekarang kamu mengerti,kenapa tadi saya suruh ngasah” “Mata serut itu ibarat pikiran kita jo,kalau kita sering mengasahnya,maka akan menjadikan mata serut yang tajam,dan kamu sudah merasakannya sendiri bagai mana kalau kita mempunyai mata serut yg tajam” saya terdiam sambil mengangguk angguk meresapi dan menghayati apa yang baru saja di uacapkan kang tamam.

Hari berganti bulan, tak terasa apa semua yg di ajarkan kang tamam sudah aku kuasai semuanya, menginjak bulan ke 5 aku sudah mulai di lepas kang tamam untuk mengerjakan 1 pekerjaan membuat meja tanpa campur tangan dia, dan tentunya kalau 1 meja itu selesai baru akan di hargai upahnya oleh bosnya kang tamam.Dan upah itu akan menjadi hak penuh milikku, kalau yang selama ini hanya membantu kang tamam upah dari hasil saya membantu akan menjadi milik kang tamam,dan saya hanya di beri makan dan sedikit uang untuk pegangan dari kang tamam.Aku mulai bersemangat,karena inilah saatnya aku menghasilkan uang untuk membantu emak dan menyekolahkan adikku, Ada perasaan bahagia dan bangga dalam hatiku setiap aku menyelesaikan pekerjaan itu,entah itu kursi, meja ataupun lemari.Aku seperti menemukan duniaku.

Seiring meningkatnya penghasilanku maka meningkat pula pergaulanku,Sekarang aku mulai mengenal perempuan dan doyan rokok.Setiap kamis malam kami bersama teman2 bermain dan berkumpul di taman kartini di pinggir pantai kota jepara,Itulah hiburan kami satu satunya tiap akhir pekan,sebelum menyambut jumat pagi untuk libur.Karena kota jepara liburnya hari jumat,jadi pembayaran dari bos dilakukan tiap hari kamis sore.

Dari pergaulan itu aku mengenal perempuan asli jepara yang umurnya 2 tahun lebih tua dariku aku memanggilnya mba Erna,Hari hariku mulai ada warna,dunia terasa seperti surga,Mungkin itu yg dinamakan cinta.Kami menjalin hubungan(pacaran) kurang lebih 5 bulan,hanya sebatas pacaran dan tidak lebih dari itu.Suatu hari mba Erna bicara padaku ingin mengajak menikah, Tapi saya menolak dengan halus bahwa saya belum siap dari segi financial maupun mental.Masih banyak yang harus saya persiapkan,Tapi sepertinya dia tidak mau mengerti dan sedikit memaksa bahkan menyatakan siap untuk membiayai semua biaya  pernikahan.Kemudian aku bilang kalau begitu aku harus pulang kampung minta izin dulu kepada emak,baru dia mengerti dan menerimanya.

Sabtu malam aku merenung sendirian di kamar,Merenungi permintaan mba Erna, Kata2 itu seperti terus menghantui,aku gelisah,Tak selang berapa lama kang Tamam masuk kamar habis menonton acara Tv di ruang tamu.
“kang Tamam aku ada masalah?”
“ada masalah apa jo” 
“mba erna kang,dia mau mengajak nikah”
“ya,baguslah kalau begitu”
“lho kok bagus kang”
“iya jo aku sudah tau,waktu minggu yang lalu,sore sore erna kesini,mencari kamu,kamunya kebetulan lagi di suruh bos ikut nganter kiriman kursi dan meja ke gudang”
“terus kang?” 
"di situlah, erna ngajak ngobrol aku,Ia nanya2 tentang kamu dan keluargamu,aku ceritakan semua apa adanya,setelah itu ia pulang” 
“kenapa sebelumnya kang tamam ga cerita kalau mba erna pernah kesini?”. 
“aku nunggu waktu yang tepat jo,aku ga mau nanti kamu kerjanya jadi ga semangat,sekarang inilah saat yg tepat itu.Tanyakan pada hatimu jo,jangan sampai kamu salah ambil keputusan,kamu benar2 mencintainya tidak?” 
“entahlah kang,setiap aku deket mba erna,aku seperti merasakan sesuatu yg lain,aku seperti berada di dunia lain,Sehari tidak bertemu serasa setahun terpisah . dunia seperti indah sekali,apa ini yg di sebut cinta kang?”.

“Dengarkan ini jo,aku dulu juga pernah merasakan hal itu,yg akhirnya menuntunku hingga saat ini,Menetap di jepara dengan istri dan satu anak,Mau tidak mau aku harus menerima dan melanjutkan itu,walau sebenarnya impian dan cita citaku belum tercapai, keburu mati terkubur disini, gara2 cinta buta.Menjadi tukang sebenarnya bukan cita2ku jo,Tapi karena aku salah mengambil keputusan nikah muda tanpa persiapan yg matang,ya beginilah akhirnya.
sekali lagi tanyakan pada hatimu jangan sampai kamu di butakan cinta.
dan ini satu lagi jo,Kamu ingat Purwanto,teman kita satu kampung anaknya pak de Narto?”

“ya kang,purwanto seperti orang gila,di kampung kalau malam suka teriak2 kadang tertawa tawa sendiri,pak de narto sampai putus asa,hartanya habis untuk mengobati anaknya,sekarang purwanto di pasung”.
“Kamu tau kenapa purwanto jadi gila?” 
“apa karena cinta juga kang?” 
“Dulu waktu masih di jepara,purwanto di kejar2 pacarnya untuk di ajak nikah,wanita itu anak bosnya sendiri,tapi purwanto tidak mau karena merasa belum siap,Purwanto tidak menyadari bahwa keputusannya berdampak fatal,setelah penolakannya ia tetap bekerja di rumah bosnya seperti biasanya,selang satu bulan purwanto sakit,semanjak itulah dia pulang dan sampai sekarang menjadi seperti itu.
di sini magicnya kuat jo”.Kata tamam sambil memelankan suaranya “jadi sekarang kamu sudah tau jo,apa yang harus kamu lakukan,kalau kamu siap silahkan,kalau belum siap kamu harus segera mengambil tindakan,ya sudah ini sudah malem besok banyak yg harus di kerjakan, aku mau pulang dulu takut istriku mencari,
“Kang sekali kali tidur disini lho temani aku”
“huh,ra sudi jo,aku masih normal,lagian aku tadi habis minum jamu,mosok jeruk mau minum jeruk”
hahahaaha mereka tertawa bersamaan.

Setelah pamit kang tamam keluar kamar,sampai ruang tamu dia pamit bosnya untuk pulang,
”Sesuk mangkate ojo awan2 yo mam?” suara bosnya mengingatkan kang tamam. 
“yo bos,siap” suara Kang tamam menjawab bosnya.

Di kamar parjo tinggal sendirian,ia mematikan lampu kamar kemudian tidur.

Pagi2 pukul 6 parjo mengemasi semua pakainnya,di masukkan kedalam tas,Ia melangkah keluar.di samping rumah terlihat kang Tamam dan 3 orang tukang bersiap2 untuk bekerja.Parjo melangkah menemuai kang tamam.
“kang tamam,aku pamit pulang yo”
“jadi keputusanmu sudah matang jo?” 
“ya kang aku sudah pikir secara matang,dan aku juga sudah dapat jawaban dari hatiku” 
“baiklah kalau begitu jo,inget pesanku ya jo,gunakan ilmu yg kamu dapet dari sini dengan baik Jadikannlah dia jalan untuk menuju cita2 mu,Kamu masih muda masih banyak ilmu2 lain yang harus kamu pelajari.
Kita ini memang kebetulan di takdirkan terlahir dari keluarga kurang mampu,Belajar bukanlah hanya di sekolahan saja jo,janganlah kamu minder,tapi percayalah selama kamu berikan yang terbaik pada dunia ini maka semesta alam pasti akan mendukung untuk mengantarkanmu pada cita2 itu.Asal kamu konsisten”.
“Iya kang terimakasih atas nasehatnya,akan aku ingat terus itu, tolong nanti pamitkan ke bos dan istrinya ya kang,soalnya tadi si bos pagi2 sudah berangkat kepasar nganter istrinya.” 
“Ya jo pasti saya sampaikan”.

Setelah pamit sama kang tamam dan teman2nya,parjo melangkah meninggalkan rumah itu. 

Sudah 5 menit parjo berdiri di bawah pohon pinggir jalan menunggu angkutan menuju terminal,dari arah kanan terdengar suara perempuan memanggilnya,
”mas parjo,tunggu!!!”
suara itu seperti tidak asing baginya,di tolehkan wajahnya kekanan,
Terlihat  erna berjalan mendekatinya.
“mas parjo mau kemana? aku tadi sengaja ketempat kerjamu,tapi kata kang tamam kamu pulang kampung.”
“iya mba erna aku mau pulang kampung,semalam aku mimpi buruk,perasaanku ga enak,aku mau jenguk keluargaku memastikan ga kenapa napa”. 
“Tapi kenapa ga pamit aku dan ini kenapa bawa tas,mas parjo ga bohong kan,mas akan balik lagi kesini kan?” 
“ga mba,aku ga bohong,eee ini tas titipannya kang tamam,isinya baju2 buat ibu dan bapaknya.”
“bener ya mas,erna berharap mas parjo segera dapat izin dan restu dari emak mas, tentang apa yang kemarin kita omongin,dan erna mau ngasih ini mas”.

Parjo melihat di tangan erna ada sebuah hiasan ukiran dari kayu jati, di situ terukir namanya dan nama erna,di terimanya benda itu dengan tangan gemetar. 

“ya mba, saya pasti kembali lagi”. 

terlihat wajah erna ceria dan ada perasaan lega dan bahagia mendengar ucapan parjo.

Dari arah kiri, angkot yg di tunggu kelihatan mendekat, parjo mulai bersiap siap,

Sebuah kecupan hangat nempel di pipi kanan parjo,
Parjo merasakan sesuatu yg selama ini belum pernah di rasakan,Sebuah kecupan yang menambah hatinya semakin pedih karena dia telah membohongi orang yang benar2 tulus mencintainya.

”hati2 mas,salam buat emak”

Itulah kata2 terakhir dari mba erna, untuk mengiringi kepergiannya.

Di dalam angkot perasaan haru dan sedih menyelimuti hati parjo,serasa berat untuk meninggalkan kota jepara,banyak sekali kenangan manis yang tak bisa di lupakannya,
tak terasa air matanya meleleh,

”Maafkan aku mba erna,bukan maksudku untuk menyakitimu,
tapi keadaan inilah yg menakdirkan kita untuk tidak bersatu,
biarlah kenangan indah bersama yang pernah kita lewati,terwakili oleh karya indah ini,terukir manis dan tersimpan bersama ukiran indahmu ini.
semoga mba mendapatkan gantinya yang lebih baik.

Terimakasih kang tamam atas semua ilmu dan pesan yang telah engkau torehkan,dan terimakasih jepara sudah memberiku ilmu kerajinan aku akan selalu merindukanmu,aku mohon doa dan restumu untuk menimba ilmu lainnya melanjutkan cita2 dan perjuanganku.. 

BERSAMBUNG 
Apa selanjutnya  yang akan di lakukan dengan parjo,
ikuti kisah berikutnya ,
di “SAYANG SUDAH DI TRANSFER BELUM" (bag 3)

0 Response to "SAYANG SUDAH DITRANSFER BELUM (BAG 2 )"

Posting Komentar